ASUHAN KEBIDANAN
RUPTURE SINUS MARGINALIS
RUPTURE SINUS MARGINALIS
DI SUSUN OLEH :
NURI FAWAIDAH
AKADEMI KEBIDANAN DHARMA PRAJA
BONDOWOSO
2015-2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur
penyusun panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, berkat rahmat dan
hidayah-Nya penyusun dapat menyelesaikan makalah dengan judul “ASUHAN KEBIDANAN RUPTURE SINUS MARGINALIS”
untuk memenuhi tugas mata kuliah Kegawatdaruratan.
Tak lupa
penyusun sampaikan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam
penyelesaian makalah ini.
Penyusun
menyadari bahwa makalah ini masih terdapat kekurangan-kekurangan. Oleh karena
itu, kritik dan saran sangat dibutuhkan penyusun untuk menyempurnakan
penyusunan makalah selanjutnya.
Bondowoso,
April 2015
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1)
Latar
Belakang
Perdarahan pada kehamilan harus selalu dianggap sebagai suatu kelainan yang berbahaya. Pendarahan pada kehamilan muda disebut keguguran atau abortus, sedangkan pada kehamilan tua disebut perdaraha antepartum. Perdarahan antepartum biasanya dibatasi pada perdarahan jalan-lahir setelah kehamilan 28 minggu. Perdarahan setelah kehamilan 28 minggu, biasanya lebih banyak dan lebih berbahaya dari pada sebelum kehamilan 28 minggu;oleh karena itu,memerlukan penangan yang berbeda.
Perdarahan antepartum yang berbahaya umumnya bersumber pada kelainan plasenta, sedangkan perdarahan yang tidak bersumber pada kelainan plasenta umumnya kelainan servik, biasanya tidak seberapa berbahaya. Pada perdarahan antepartum pertama-tama harus selalu dipikir bahwa hal itu bersumber pada kelainan plasenta.
2)
Rumusan
Masalah
1.
Apa
yang dimaksud perdarahan Antepartum ?
2.
Apa
yang dimaksud Ruptura Sinus Marginalis ?
3.
Tanda
gejala Rupture Sinus Marginalis ?
4.
Penyebab
dari Rupture Sinus Marginalis ?
5.
Manifestasi
Klinis (Diagnosis) ?
6.
Penatalaksanaan
Rupture Sinus Marginalis ?
3)
Tujuan
penulisan
·
Tujuan
Umum
Untuk mengetahui apa yang dimaksud perdarahan Antepartum dan Ruptura Sinus Marginalis
Untuk mengetahui apa yang dimaksud perdarahan Antepartum dan Ruptura Sinus Marginalis
·
Tujuan
Khusus
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud perdarahan Antepartum
2. Untuk mengetahui apa yang dimaksud rupture sinus marginalis
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud perdarahan Antepartum
2. Untuk mengetahui apa yang dimaksud rupture sinus marginalis
BAB II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
1.
Perdarahan
Antepartum
Perdarahan
antepartum adalah perdarahan yang terjadi setelah kehamilan 28 minggu. Biasanya
lebih banyak dan lebih berbahaya daripada perdarahan kehamilan sebelum 28
minggu (Mochtar, R, 1998).
Perdarahan
antepartum dapat disebabkan oleh plasenta previa, solusio plasenta, ruptura
sinus marginalis, atau vasa previa. Yang paling banyak menurut data RSCM
jakarta tahun 1971-1975 adalah solusio plasenta dan plasenta previa. Diagnosa
secara tepat sangat membantu menyelamatkan nyawa ibu dan janin. Ultrasonografi
merupakan motede pertama sebagai pemeriksaan penunjang dalam penegakkan
plasenta previa maupun solution placenta serta ruptur sinus marginalis.
2.
Ruptura
Sinus Marginalis
Solusio
plasenta ringan ini disebut juga rupture sinus marginalis, Ruptur Tanda dan
gejalanya belum pasti diketahui secara pasti, perdarahan pada inversi
velamentosa ini terlihat jika telah terjadi vasa previa yaitu perdarahan segera
setelah ketuban pecah dan karena perdarahan ini berasal dari anak dengan cepat
bunyi jantung anak menjadi buruk bisa juga menyebabkan bayi tersebut meninggal.
Ruptur
Sinus Marginalis merupakan bagian dari solutio placenta ringan yang jarang
didiagnosis, mungkin karena penderita selalu terlambat datang ke rumah
sakit,atau tanda-tanda dan gejalanya terlampau ringan sehingga tidak menarik
perhatian penderita maupun dokternya.
Apabila
terjadi perdarahan pervaginam, warananya akan kehitam- hitaman dan sedikit
sakit. Perut terasa agak sakit, atau terasa agak tegang yang sifatnya terus
menerus. Walaupun demikian, bagian – bagian janin masih mudah diraba. Tekanan
darah tinggi, serta tidak ada gawat janin. Uterus yang agak tegang ini harus
selalu diawasi, karena dapat saja menjadi semakin tegang karena perdarahan yang
berlangsung. Salah satu tanda yang menimbulkan kecurigaan adanya solusio
plasenta ringan ini adalah perdarahan pervaginam yang berwarna kehitam –
hitaman. (sarwono,2005)
Ruptura sinus marginalis, bila hanya sebagian kecil pinggir plasenta yang terlepas. Solusio plasenta ringan atau rupture sinus marginalis adalah terlepasnya plasenta kurang dari ¼ luasnya, tidak memberikan gejala klinik dan ditemukan setelah persalinan, keadaan umum ibu dan janin tidak mengalami gangguan, persalinan berjalan dengan lancar pervaginam.(manuaba,1998).
Ruptura sinus marginalis, bila hanya sebagian kecil pinggir plasenta yang terlepas. Solusio plasenta ringan atau rupture sinus marginalis adalah terlepasnya plasenta kurang dari ¼ luasnya, tidak memberikan gejala klinik dan ditemukan setelah persalinan, keadaan umum ibu dan janin tidak mengalami gangguan, persalinan berjalan dengan lancar pervaginam.(manuaba,1998).
3.
Tanda
Dan Gejala
Tanda atau gejala dari Solusio plasenta Kelas 1 – ringan (Ruptura sinus
marginalis) adalah:
ü Tidak ada atau sedikit perdarahan
dari vagina yang warnanya kehitam-hitaman, kalau ada perdarahan jumlahnya
antara 100-200 cc.
ü Rahim yang sedikit
nyeri atau terus menerus agak tegang
ü Tekanan darah dan
frekuensi nadi ibu yang normal
ü Tidak ada
koagulopati
ü Tidak ada gawat
janin
ü Pelepasan plasenta kurang
1/6 bagian permukaan
ü Kadar fibrinogen plasma
lebih 150 mg%.
4.
Penyebab Rupture Sinus Marginalis
Penyebab primer rupture sinus marginalis belum diketahui secara
pasti, namun ada beberapa faktor yang menjadi predisposisi:
a. Faktor trauma
a. Faktor trauma
Trauma yang dapat terjadi antara lain: dekompresi uterus pada
hidramnion dan gemeli, tarikan pada tali pusat yang pendek akibat pergerakan
janin yang banyak/ bebas, versi luar atau tindakan pertolongan persalinan;
trauma langsung , seperti jatuh, kena tendang dan lain-lain.
b. Faktor usia ibu
Dalam penelitian prawirohardjo di RSUPNCM dilaporkan bahwa
terjadinya peningkatan kejadian solusio plasenta ringan sejalan dengan
meningkatnya umur ibu. Hal ini dapat diterangkan karena makin tua umur ibu, makin
tinggi frekuensi hipertensi menahun.
c. Faktor penggunaan kokain
Penggunaan kokain mengakibatkan peninggian tekanan darah dan
peningkatan pelepasan kotekolamin, yang mana bertanggung jawab atas terjadinya
vasospasme pembuluh darah uterus dan dapat berakibat terlepasnya plasenta.
Namun, hipotesis ini belum terbukti secara definitif. Angka kejadian solusio
plasenta pada ibu-ibu pengguna kokain dilaporkan berkisar antara 13-35%, dan
sekitar 7% pada solusio plasenta ringan.
d. Faktor kebiasaan merokok
Ibu yang perokok juga merupakan penyebab peningkatan kasus solusio
plasenta sampai dengan 25% pada ibu merokok < 1 ( satu ) bungkus
perhari. Ini dapat diterangkan pada ibu yang perokok plasenta menjadi tipis,
diameter lebih luas dan beberapa abnormalitas pada mikrosirkulasinya. Deering
dalam penelitiannya melaporkan bahwa resiko terjadinya solusio plasenta
meningkat 40% untuk setiap tahun ibu merokok sampai terjadinya kehamilan.
e. Riwayat solusio plasenta sebelumnya
Hal yang sangat penting dan menentukan prognosis ibu dengan riwayat
solusio plasenta adalah bahwa resiko berulangnya kejadian ini pada kehamilan
berikutnya jauh lebih tinggi dibandingkan dengan ibu hamil lainnya yang tidak
memiliki riwayat solusio plasenta sebelumnya.
f. Pengaruh lain
seperti anemia,
malnutrisi/defisiensi gizi, tekanan uterus pada vena cava inferior dikarenakan
pembesaran ukuran uterus oleh adanya kehamilan dan lain-lain.
g. Meskipun
penyebabnya sampai kini belum diketahuidengan pasti, tetapi lebih kepada peletakan
plasenta dan usia kehamilan yang semakin tua terjadi pada pertengahan segmen
bawah rahim, dia akan sobek pembuluh darah pinggirnya juga akan ikut pecah
sehingga terjadi ruptur, plasenta yang letaknya normal sekalipun akan meluaskan
permukaannya. Sehingga mendekati atau menutup sama sekali pembukaan jalan
lahir.
( sarwono
Prawirohardjo, 2005).
5.
Diagnosis
Dari hasil anamnesa terdapat perdarahan pervaginam, warnanya kehitam – hitaman dan sedikit sakit. Perut terasa agak sakit, atau terasa agak tegang yang sifatnya terus menerus. Walaupun demikian, bagian – bagian janin masih mudah diraba pada pemeriksaan dalam terdapat pembukaan dan ketuban tegang dan menonjol. Pada waktu persalinan, perdarahan terjadi tanpa sakit dan menjelang pembukaan lengkap perlu dipikirkan kemungkinan perdarahan karna sinus marginalis yang pecah. Karena pembukaan mendekati lengkap, maka bahaya untuk ibu maupun janinnya tidak terlalu besar.Pemeriksaan penunjang,dengan ultrasonografi,dijumpai perdarahan antara plasenta dan dinding rahim. ( Manuaba, 1998 )
Dari hasil anamnesa terdapat perdarahan pervaginam, warnanya kehitam – hitaman dan sedikit sakit. Perut terasa agak sakit, atau terasa agak tegang yang sifatnya terus menerus. Walaupun demikian, bagian – bagian janin masih mudah diraba pada pemeriksaan dalam terdapat pembukaan dan ketuban tegang dan menonjol. Pada waktu persalinan, perdarahan terjadi tanpa sakit dan menjelang pembukaan lengkap perlu dipikirkan kemungkinan perdarahan karna sinus marginalis yang pecah. Karena pembukaan mendekati lengkap, maka bahaya untuk ibu maupun janinnya tidak terlalu besar.Pemeriksaan penunjang,dengan ultrasonografi,dijumpai perdarahan antara plasenta dan dinding rahim. ( Manuaba, 1998 )
Prosedur
pemeriksaan untuk dapat menegakkan diagnosis ruptura sinus marginalis antara
lai
a)
Anamnesis
perasan
sakit yang tiba – tiba di perut, kadang – kadang pasien dapat menunjukkan
tempat ayng dirasa paling sakit; perdarahan pervaginam yang sifatnya bdapat
hebat dan sekonyong – konyong ( non-recurrent ) terdiri dari bekuan –
bekuan darah yang berwarna kehitaman; pergerakan anak masih terasa dan bisa
diraba; kepala terasa pusing, lemas, muntah, pucat, mata berkunang – kunang. Ibu
terlihat anemis yang tidak sesuai denga jumlah darah yang keluar pervaginam;
kadang ibu dapat menceritakan trauma dan faktor kausal yang lain.
b)
Inspeksi
Terlihat
pasien gelisah, sering mengerang karena kesakitan; pucat, sianosis dan
berkeringat dingin; terlihat darah yang berwarna kehitam – hitaman keluar
pervaginam (tidak selalu).
c)
Palpasi
Teraba
tinggi fundus uteri (TFU ) tidak sesuai dengan tuanya kehamilan; uterus tegang
dan keras seperti papan yang disebut uterus in bois( wooden uterus ) baik waktu
his maupun diluar his; nyeri tekan ditewmpat plasenta terlepas; bagian –
bagian janin masih mudah diraba, walau perut ( uterus) tegang.
d)
Auskultasi
Dapat
dilakukan walau uterus tegang, bila denyut jantung terdengar biasanya diatas
140, kemudian turun dibawah 100 dan akhirnya hilang bila plasenta yang terlepas
lebih dari satu per tiga bagian.
e)
Pemeriksaan
Dalam
Dapat
diraba : servick uteri telah terbuka atau masih tertutup; kalau sudah terbuka
maka plasenta dapat teraba menonjol dan tegang, baik sewaktu his maupun diluar
his; apabila plasenta sudah pecah dan sudah terlepas seluruhnya plasenta ini
akan turun kebawah dan teraba pada pemeriksaan, disebut prolapsus plasenta, ini
sering meragukan dengan plasenta previa.
f)
Pemeriksaan
umum
Di
dapatkan tekanan darah semula mungkin tinggi karena pasien sebelumnya menderita
penyakit vaskuler, tetapi lambat laun turun dan pasien jatuh dalam keadaan
syok. Nadi cepat, kecil dan filiformis.
g)
Pemeriksaan
laboratorium
Pemeriksaan
laboratorium hasil pemeriksaan urin (+), pada pemeriksaan sedimen dapat
ditemukan silinder dan leukosit; darah: hemoglobin ( HB) menurun; periksa
golongan darah, lakukan cross-match test. Karena pada solusio plasenta sering
terjadi kelainan darah hipofibriniogenemia, maka diperiksakan ulang COT (Clot Observation
Test) triap 1 jam, tes kualitatif fibrinogen (fiberindex), dan test kuantitativ
fibrinogen (kadar normalnya 150mg%.
h)
Pemeriksaaan
plasenta
Plasenta
dapat diperiksa setelah dilahirkan. Biasanya tampak tipis dan cembung dibagian
plasenta yang terlepas (kreater) dan terdapat koagulum atau darah beku yang
biasanya menempel di belakang plasenta, yang disebut hematoma retroplasenter.
i)
Pemeriksaan
ultrasonografi (USG)
Pemeriksaan
ultrasonografi (USG) ditemukan antara lain:terlihat daerah terlepasnya plasenta,janin
dan kandung kemih ibu,darah, tepian plasenta.
6.
Penatalaksanaan
Ruptura Sinus Marginalis.
Penatalaksanaan Ruptur Sinus Marginalis di Rumah Sakit dapat dilakukan
dengan cara Terapi Ekspektatif ( konservatif ). Terapi Ekspektatif ini dilakukan bila usia kehamilan
kurang dari 36 minggu dan bila ada perbaikan (perdarahan berhenti, perut tidak
sakit, uterus tidak tegang, janin hidup) dengan tirah baring dan observasi
ketat, kemudian tunggu persalinan spontan.
1.
Tujuan supaya janin tidak terlahir premature, penderita dirawat tanpa
melakukan pemeriksaan dalam melalui kanalis servisis. Syarat-syarat terapi ekspektif :
ü Kehamilan preterm dengan
perdarahan sedikit yang kemudian berhenti.
ü Belum ada tanda-tanda in
partu.
ü Keadaan umum ibu
cukup baik.
ü Janin masih hidup.
2. Rawat inap, tirah baring dan berikan antibiotik profilaksis.
3. Lakukan pemeriksaan USG untuk
mengetahui implantasi plasenta.
4. Berikan tokolitik bila ada
kontraksi :
ü MgS04 9 IV dosis awal
tunggal dilanjutkan 4 gram setiap 6 jam.
ü Nifedipin 3 x
20 mg perhari.
ü Betamethason 24
mg IV dosis tunggal untuk pematangan paru janin.
5. Uji pematangan paru janin dengan
tes kocok dari hasil amniosentesis.
6. Bila setelah usia kehamilan diatas 34 minggu, plasenta masih berada
disekitar ostium uteri interim.
Catatan : Bila perdarahan berhenti dan waktu untuk mencapai 37 minggu masih
lama, pasien dapat dipulangkan untuk rawat jalan.
Apabila usia kehamilan sudah cukup matang dan pasien menginginkan dan mampu
untuk melakukan persalinan pervaginam dan tidak ada tanda-tanda bahaya maka
segera lakukan persalinan spontan ( pervaginam ). Apabila direncanakan
persalinan spontan maka :
ü Pantauperdarahan
pervaginam
ü Observasi nyeri / HIS dan
ketegangan rahim
ü Observasi tanda-tanda
vital
ü Pantau tandaa-tanda
koagulopati
ü Pantau tanda-tanda
kegawatdaruratan janin.
ü Jangan lupa untuk
mengatasi kecemasan pasien dengan cara melibatkan dan memberikan dukungan
psikologis.
Bila ada perburukan (perdarahan berlangsung terus, gejala solusio plasenta
makin jelas, pada pemantauan dengan USG daerah solusio plasenta bertambah
luas), maka kehamilan harus segera diakhiri. Bila janin hidup, lakukan seksio sesaria, bila janin mati lakukan amniotomi
disusul infus oksitosin untuk mempercepat persalinan. Seksio sesaria biasanya
dilakukan pada keadaan:
ü Anak hidup, pembukaan
kecil.
ü Terjadi toksemia berat,
perdarahan agak banyak, tetapi pembukaan masih kecil.
ü Panggul sempit atau letak
lintang.
ASUHAN
KEBIDANAN
PADA
Ny “P” GI P00001 HAMIL 38 MINGGU A/T/H
DENGAN RUPTURE SINUS MARGINALIS
Tempat
Pengkajian : BPS Ny.
Sulastri, Amd.Keb
Tanggal
/ Waktu Pengkajian : 10 Oktober 2011 /
16.00 WIB
Nama
Pengkaji : Nuri Fawaidah
I
PENGKAJIAN
A. Data
Subjektif
1. Biodata
Nama
Ibu : Ny “P” Nama
Suami : Tn “J”
Umur
: 26 tahun Umur
: 30 Tahun
Agama
: Islam
Agama : Islam
Suku
: Madura Suku : Madura
Pendidikan
: SMP Pendidikan : SMP
Pekerjaan
: IRT Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat
: desa Sukosari RT 08 / RW 01, Batang
2. Keluhan
Utama
Ibu mengatakan ibu menyatakan keluar darah dari
kemaluan berwarna merah kehitam-hitaman, terasa lemas dan perut terasa tegang.
sejak 6 jam sebelum datang periksa.
3. Riwayat
Kesehatan Sekarang
Ibu mengatakan hamil anak ke 1 dengan usia kehamilan
30 minggu. Saat ini ibu tidak sedang menderita penyakit darah tinggi, kencing
manis, jantung, ginjal, kurang darah, batuk darah, penyakit kuning maupun
penyakit kelamin.
4. Riwayat
Kesehatan Dahulu
Ibu mengatakan bahwa sebelumnya tidak pernah
menderita penyakit darah tinggi, kencing manis, jantung, ginjal, kurang darah,
batuk darah, penyakit kuning, maupun penyakit kelamin.
5. Riwayat
Kesehatan Keluarga
Ibu mengatakan bahwa di dalam keluarganya maupun
suaminya.tidak ada yang pernah menderita penyakit darah tinggi, kencing manis,
jantung, ginjal, kurang darah, penyakit kuning maupun penyakit kelamin.
6. Riwayat
Menstruasi
Menarche :
13 tahun
Lama haid :
7 hari
Siklus haid :
28 hari
Banyak darah :
3 x ganti pembalut
Sifat darah :
encer
Warna :
merah
Nyeri haid :
hari pertama haid
HPHT :
7. Riwayat
Obstetri
Kehamilan
|
Persalinan
|
Anak
|
Nifas
|
Laktasi
|
|||||||||||
Ke
|
UK
|
Komp
|
JP
|
Tempat
|
Penolong
|
Komp
|
JK
|
PB/
BB
|
H/
M
|
T/
G
|
Usia
|
Lama
|
Komp
|
lama
|
Komp
|
|
HAMIL
INI
|
||||||||||||||
8. Riwayat
Kehamilan Sekarang
TM
|
Keluhan
|
Tempat periksa
|
Periksa
|
Frekuensi
|
Konseling
|
Terapi
|
I
|
Mual muntah
|
BPS
|
bidan
|
1 x
|
Makan sedikit tapi sering
|
|
II
|
Pusing
|
BPS
|
bidan
|
1 x
|
Minum Fe
|
Fe + Vit C + calk
|
III
|
Nyeri Abdomen, ibu lemas dan DJJ tidak teratur
|
BPS
|
Bidan
|
1 x
|
Istirahat dan melakukan rujukan ke RS
|
|
9. Riwayat
KB
Ibu mengatakan bahwa setelah menikah tidak pernah
menggunakan kontrasepsi apapun sampai saat ini.
10. Riwayat
Pernikahan
Usia Pertama Menikah : 22 tahun
Lama Menikah : 4 tahun
Status Pernikahan : sah
Pernikahan Ke : pertama
11. Pola
Kebiasaan Sehari - hari
No
|
Jenis
|
Saat hamil
|
Saat inpartu
|
01
02
03
04
05
|
Nutrisi :
a.
Jenis makanan
b.
Pola makan
c.
Nafsu makan
d.
Porsi
Eliminasi
a.
BAK
b.
BAB
Istirahat
a.
Siang
b.
Malam
Personal
Hygiene
a.
Mandi
b.
Gosok gigi
c.
Keramas
d.
Ganti CD
Kebiasaan
a.
Jamu
b.
Miras
c.
Rokok
|
Nasi, lauk pauk dan sayuran
3 x / hari
Baik
Sedang
±6 x / hari
1 x / hari
± 1 jam
± 7 jam
2 x / hari
3 x / hari
4 x / minggu
2 x / hari
-
-
-
|
The Manis
3 x
Cukup
3 gelas
1 x
1 x
-
-
-
-
-
-
-
-
-
|
12. Riwayat
Psikososial
Ibu mengatakan berkomunikasi dengan bahasa Madura,
berkomunikasi dengan suami, keluarga, lingkungan, suami bertindak sebagai
kepala keluarga dan pengambil keputusan.
B.
Data Objektif
1. Pemeriksaan
Umum
KU :
cukup
Kesadaran : komposmentis
BB sebelum : 50 kg
BB sesudah :49 kg
TTV : TD : 90 / 60 mmHg S : 36, 5 oC
N
: 132 x / menit
RR : 20 x / menit
TB / BB : 152
cm / 49 kg
Lila :
24 cm
HPL :
2. Pemeriksaan
Fisik
·
Kepala : bersih,
tidak rontok, tidak ada benjolan
·
Wajah : tidak
ada cloasma gravidarum, tidak pucat, tidak oedema
·
Mata : simetris,
sclera putih, konjungtiva merah muda, ada reflek pupil
·
Hidung : ada
lubang, simetris, bersih, tidak ada serumen, tidak ada epistaksis, tidak ada
pernafasan cuping hidung
·
Gilut :
simetris, tidak ada caries, tidak ada gingivitis, tidak ada bash lack, tidak
ada stomatitis
·
Telinga :
simetris, tidak ada secret, tidak ada perdarahan
·
Leher : tidak
ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada pembesaran kelenjar limfe, tidak ada
pembesaran vena jugularis
·
Dada : simetris,
tidak ada ronkhi, tidak ada wheezing, tidak ada retraksi
·
Payudara :
simetris, bentuk menggantung, ada hiperpigmentasi areola mammae, tidak ada
benjolan, tidak ada nyeri tekan, putting menonjol
·
Abdomen : ada
linea nigra, ada linea alba, ada striae gravidarum livida, tidak ada striae
alba, tidak ada bekas SC, kandung kemih kosong.
Palpasi Lepold :
-
Leopold I : TFU
(32 cm), teraba bulat, lunak, kurang melenting (bokong)
-
Leopold II :
teraba keras, memanjang disisi kanan ibu ( puki )
-
Lepold III :
teraba keras, bulat, melenting ( preskep ) belum masuk PAP
-
Lepold IV : -
-
DJJ : 132 x /
menit
-
HIS : -
-
TBJ : -
-
Abdomen tegang
dan terdapat nyeri perut pada bagian bawah
Ekstermitas Atas
: simetris, tidak odema, lengkap
Ekstermitas
bawah : simetris, tidak odema, lengkap, ada reflek patella
Pungung : tidak
kifosis, tidak lordosis, tidak skoliosis
Genetalia :
vulva vagina tidak odema, tidak varises, tidak ada bekas jahitan perineum
3. Pemeriksaan
Penunjang
Hb : 10 gr / dl
Protein urine : tidak terkaji
Reduksi urine : tidak terkaji
II
INTERPRETASI DATA DASAR
Ds
: Ibu mengatakan ibu menyatakan keluar darah dari kemaluan berwarna merah
kehitam-hitaman, terasa lemas dan perut terasa tegang. sejak 6 jam sebelum
datang periksa.
Do : KU: cukup
Kesadaran : komposmentis
TTV : TD :
90 / 60 mmHg S : 36, 5 oC
N
: 132 x / menit
RR : 20 x / menit
Payudara :
simetris, bentuk menggantung, ada hiperpigmentasi areola
mammae, tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan, putting menonjol.
Abdomen : ada linea nigra, ada linea alba, ada
striae gravidarum livida, tidak ada striae alba, tidak ada bekas SC, kandung
kemih kosong.
Palpasi Lepold :
-
Leopold I : TFU
(32 cm), teraba bulat, lunak, kurang melenting (bokong)
-
Leopold II :
teraba keras, memanjang disisi kanan ibu ( puki )
-
Lepold III :
teraba keras, bulat, melenting ( preskep ) belum masuk PAP
-
Lepold IV : -
-
DJJ : 132 x /
menit
-
HIS : -
-
TBJ : -
-
Abdomen tegang
dan terdapat nyeri perut pada bagian bawah
Genetalia :
vulva vagina tidak odema, tidak varises, tidak ada bekas jahitan perineum.
Dx
: Ny “P” GI P00001 hamil 38 minggu A/T/H dengan Rupture
Sinus Marginalis.
III
IDENTIFIKASI MASALAH POTENSIAL
-
IV
IDENTIFIKASI KEBUTUHAN SEGERA
-
V
INTERVENSI
1.
Jelaskan hasil
pemeriksaan pada ibu
R/ ibu mengetahui kondisinya,
persamaan persepsi antara bidan dan pasien akan memudahkan tindakan berikutnya.
2.
Beritahu suami /
keluarga untuk mendampingi
R/ motivasi dan
dukungan emosional bagi ibu saat ibu diperiksa
3.
Beritahu ibu
bahwa ibu mengalami kelainan placenta dan akan segera dirujuk
R/ ibu dan keluarga
mengerti penjelasan bidan
4.
Berikan rasa
nyaman dan aman pada ibu dan keluarga selama dilakukan proses rujukan
R/ ibu dan keluarga
terlihat tenang dalam perjalanan
VI
IMPLEMENTASI
1.
Menjelaskan
hasil pemeriksaan
2.
Memberitahu suami
/ keluarga untuk menemani ibu sebagai dukungan emosional pada saat ibu periksa
3.
Memberitahu ibu
dan suami bahwa ibu mengalami kelainan placenta dan akan segera dirujuk agar
cepat mendapatkan penanganan
4.
Memberikan rasa
nyaman saat proses rujukan agar ibu merasa tenang
VII
EVALUASI
Tanggal :
S : Ibu mengatakan ibu menyatakan keluar
darah dari kemaluan berwarna merah kehitam-hitaman, terasa lemas dan perut
terasa tegang. sejak 6 jam sebelum datang periksa.
O : KU: cukup
Kesadaran : komposmentis
TTV : TD : 90 / 60 mmHg S : 36, 5 oC
N
: 132 x / menit
RR : 20 x / menit
DJJ : 132 x / menit
Abdomen tegang dan terdapat
nyeri perut pada bagian bawah
A : Ny “P” GI P00001 hamil 38 minggu A/T/H dengan Rupture
Sinus Marginalis.
P : - Menjelaskan hasil pemeriksaan
-
Memberikan
dukungan kepada ibu
-
Memberitahu ibu
bahwa ibu akan dirujuk
-
Memberikan rasa
nyaman kepada ibu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar